TuanTapa berkelahi dan berhasil membunuh naga jantan. Naga betina melarikan diri walaupun pada akhirnya tewas juga. Bekas-bekas pertempuran yang berserakan, antara lain tapak raksasa, tongkat, dan topi Tuan Tapa menjadi bukti dari legenda itu dan bisa disaksikan sampai sekarang. Namanya juga legenda, kita tidak pernah tahu realitas
Harga Tiket Rp Jam Operasional 24 Jam, Alamat Gampong Pasar, Kec. Tuan, Kab. Aceh Selatan, Aceh; Map Cek Lokasi Indonesia kaya akan wisata, baik wisata kuliner, wisata alam, dan bahkan wisata sejarah. Sebagai contoh wisata sejarah yang sekaligus menjadi wisata alam indah adalah Tapak Tuan Tapa yang berada di Aceh. Destinasi wisata ini cocok bagi yang ingin mengulik sejarah panjang mengenai seorang petapa yang tidak diketahui namanya dengan kesaktian luar biasa. Karena beberapa masyarakat kala itu tidak mengetahui nama nya, maka disebutlah beliau sebagai Tuan Tapa. Adapun objek wisatanya dinamakan Tapak Tuan Tapa karena ada sebuah jejak kaki raksasa yang ada di lokasi tersebut. Menurut legenda dan kisah turun temurun warga sekitar, telapak kaki tersebut merupakan miliki Tuan Tapa. Objek wisata ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan, terlebih ketika weekend tiba. Tujuan mereka tentunya ingin menyaksikan kebenaran telapak kaki dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 6 meter dan meter tersebut. Selain menjadi saksi kebenaran akan jejak tapak tersebut, wisatawan juga memanfaatkan keindahan sekitar lokasi dengan foto selfie atau mengabadikan momen. Hal ini dikarenakan letaknya persis di bibir pantai di sebuah batu karang besar. Meski tidak lagi 100% murni karena sedikit dilakukan pemugaran agar tapak tidak hilang, namun bentuk dan ukurannya tetap sama. Adapun pemugaran yang dimaksud hanya sekedar melapisi permukaan telapak dengan semen agar tidak aus tergerus ombak pantai. Daya Tarik yang Dimiliki Tapak Tuan Tapa Image Credit Google Maps kamal STUDIO Bukan hanya jejak misterius dengan ukuran raksasa yang menjadi daya tarik Tapak Tuan Tapa, masih ada beberapa lainnya yang membuat wisatawan selalu datang berkunjung. Baik wisatawan lokal maupun asing, kebanyakan juga mengincar daya tarik yang ada di sekitar lokasi. Bukan hanya berupa benda, namun juga kisah panjang yang hingga saat ini dipercaya penduduk setempat. 1. Jejak Kaki Raksasa Tidak heran jika jejak kaki ini menjadi daya tarik utama, pasalnya memang berbentuk seperti kaki tanpa dibuat-buat. Dari jauh tampak keunikan dan alami dari tapak tersebut. Ketika dilihat dari dekat, pengunjung akan terpesona dengan ukuran yang sangat besar. Bisa dibayangkan dengan ukuran kaki yang disebutkan tadi, bagaimana dengan tubuhnya? Namun pastinya ada sejarah atau asal usul yang terjadi. Pemandangan ini menjadi tidak biasa karena jejak kaki tersebut menapak pada sebuah batu karang. Seperti yang diketahui, batu karang bukanlah seperti tanah liat dengan tekstur lembek, melainkan sangat kuat dan bahkan butuh bertahun-tahun untuk habis karena abrasi. Ukuran yang besar mampu menampung beberapa orang sekaligus untuk masuk kedalam Tapak Tuan Tapa. 2. Sejarah Tapak Tuan Tapa Seperti yang disebutkan tadi, pastinya ada sejarah atau legenda yang dipercaya warga setempat. Tuan Tapa merupakan seorang ahli ibadah yang setiap waktunya selalu dihabiskan untuk mengingat sang pencipta. Beliau mendiami sebuah gua untuk bertapa agar selalu fokus pada tujuannya. Tidak banyak warga setempat yang mengenalnya sehingga beliau dipanggil Tuan Tapa. Di lain cerita, ada sepasang naga yang menemukan bayi mungil hanyut di laut karena kapal yang ditumpanginya hancur dihantam ombak besar. Pasangan naga yang tidak mempunyai anak tersebut merasa senang sehingga diambillah bayi tersebut untuk dijadikan anak angkat. Mereka merawat bayi perempuan tersebut hingga dewasa dan akhirnya tumbuh menjadi putri yang cantik jelita yang dikenal dengan Putri Naga. Karena merasa yakin bahwa orang tuanya yang menjadi raja Asralanoka asal Samudra Hindia tersebut masih hidup, sang putri berusaha mencarinya. Namun usahanya gagal karena orang tua angkatnya tidak mengizinkan karena takut kehilangan sang putri. Hingga akhirnya ketika kedua naga tersebut ada urusan penting sehingga terpaksa meninggalkan gua tempatnya tingal, Putri Naga mengambil kesempatan tersebut untuk mencari orang tua kandungnya. Bertemulah sang putri dengan orang tua kandungnya di sebuah laut di dekat pantai. Mereka berencana untuk kembali ke kerajaan yang selama ini dipimpinnya. Namun ketika di perjalanan, naga yang kembali pulang dan tidak mendapati putri angkatnya berusaha mencarinya. Setelah menemukan Putri Naga berada di kapal bersama ayahnya, pasangan naga marah dan menghancurkan kapal yang ditumpanginya. Keributan yang terjadi mengusik pertapaan yang dilakukan Tuan Tapa, hingga akhirnya belau menolong sang putri. Seketika keluar dari gua, Tuan Tapa melompat dari atas batu karang untuk terjun ke laut. Lompatan tersebutlah yang akhir nya membekas telapak kaki yang saat ini dikenal dengan Tapak Tuan Tapa. Singkat cerita, kedua naga dikalahkan dengan hanya berbekal senjata dari tongkat kayu. 3. Batu Kopiah dan Tongkat Bukan hanya bekas telapak kaki yang ditinggalkan saat pertarungan terjadi, namun ada juga kopiah dan tongkat kayu yang digunakan Tuan Tapa. Kopiah tersebut diyakini jatuh ketika melawan naga dan saat ini berubah menjadi batu karang di tengah lautan. Tidak jauh dari kopiah batu tersebut, ada juga tongkat yang juga menjadi batu karang di dekat lokasi. Sayangnya, pengunjung tidak bisa melihat dengan jelas karena letaknya berada sekitar 5km dari bibir pantai tempat Tapak Tuan Tapa berada. Alamat, Rute Lokasi dan Harga Tiket Image Credit Google Maps Falih Muhammad Apabila anda berminat datang ke situs bersejarah ini, silahkan datang ke Gampong Pasar, Kecamatan Tuan, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Lokasinya masih berdekatan dengan pusat kota Tapak Tuan sehingga mudah dijangkau, sekitar 10 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Anggap saja anda saat ini berada di pusat kota, ambil arah yang menuju ke Jalan Hamzah Fansuri. Lanjutkan perjalanan hingga anda sampai di Jalan Syekh Abdl Rauf. Setibanya di bundaran, arahkan kendaraan ke Jalan Lintas Barat Sumatera yang menuju ke Jalan Merdeka. Sekitar 300 meter, anda akan menemukan pintu gerbang yang merupakan titik awal perjalanan anda menuju ke Tapak Tuan Tapa. Degan semua daya tarik yang diberikan, jangan kaget jika anda hanya dibebankan biaya masuk sebesar rupiah. Harga tersebut sangat murah jika dibandingkan ojek wisata lain, apalagi yang berupa wahana permainan. Selain tiket masuk, siapkan juga biaya untuk parkir kendaraan sebesar rupiah untuk motor, dan untuk mobil. Aktivitas yang Menarik Dilakukan di Tapak Tuan Tapa Image Credit Google Maps Thalabah Society Pernahkah berpikir aktivitas apa yang menarik dilakukan ketika mengunjungi Tapak Tuan Tapa? Sebagaimana wisata alam, pastinya kegiatan yang dimaksud masih berhubungan dengan keindahan alam. Namun ternyata bukan hanya itu, masih ada beberapa tawaran menarik yang patut anda ketahui. 1. Menikmati Keindahan Alam Disebutkan tadi bahwa objek wisata yang juga mejadi tempat sakral ini berada di tepi pantai, tepatnya diatas batu karang. Pengunjung yang datang ke lokasi dipastikan menikmati keindahan yang ditawarkan. Ombak pantai yang pecah ketika menghantam batuan karang menjadi keindahan tersendiri. Selain itu, suasana alami pantai juga layak dikatakan mempesona. Keindahan semakin terlihat ketika ada beberapa batuan karang di tengah laut. Kopiah dan tongkat yang menjadi daya tarik utama wisatawan hanya sebagian saja. Artinya, masih ada batuan lain yang juga mencuri perhatian. Batuan tersebut letaknya tidak jauh dari lokasi utama dan masih berada di bibir pantai. Bahkan ada sebuah batu karang dengan bentuk seperti hati yang diyakini merupakan bagian tubuh naga. 2. Berziarah ke Makam Tuan Tapa Kisah panjang dari sejarah yang diceritakan diatas semakin diperkuat kebenarannya dengan adanya makan Tuan Tapa. Lokasinya berada di kaki Gunung Lampu, persis di belakang Masjid Tuo dengan jarak sekitar 1km dari lokasi Tapak Tuan Tapa. Wisatawan yang berkunjung ke situs sejarah utama tidak lupa juga berziarah ke makamnya. Ukuran panjang 15 meter dan lebar 2 meter membuat pengunjung semakin yakin bahwa makam tersebutlah yang meninggalkan tapak raksasa yang mereka kunjungi. 3. Mendaki Karang Terdengar ekstrem, namun setiap pengunjung wajib mendaki sebuah karang besar yang di atasnya terdapat telapak kaki raksasa. Jika tidak, maka pengunjung tidak bisa menikmati keunikan atau juga menyaksikan kebenaran akan sejarah Tapak Tuan. Akan tetapi pastikan bahwa anda berhati-hati ketika mendakinya. Seperti halnya batuan karang, kontur nya keras dan tajam serta licin dipastikan menjadi rintangan utama. Image Credit Instagram Foto Aceh Selatan 4. Berburu Foto Aktivitas menarik lainnya yang pasti dan wajib dilakukan ketika mengunjungi Tapak Tuan Tapa yakni berfoto. Hampir semua spot sangat indah dijadikan latar belakan utama. Sudut pandang yang tepat ketika berada di dalam tapak raksasa juga cocok dan tepat menjadi pilihan utama. Background keindahan air laut dengan wara biru juga indah menyejukkan mata. Setiap pengunjung dipastikan swafoto ketika beradai di lokasi, pastikan anda juga demikian. Namun ingat akan satu hal, pastikan anda menjaga keselamatan karena tidak jarang ombak tinggi menerjang. Bahkan ada beberapa wisatawan pernah menjadi korban keganasan ombak yang ada di sana. 5. Berburu Kuliner Setelah puas mempelajari sejarah dan budaya warga sekitar, serta keindahan Tapak Tuan Tapa, masih ada aktivitas lain yang menanti. Apalagi kalau bukan wisata kuliner yang biasanya menjadi satu paket liburan. Banyak warung atau tempat makan yang siap melayani kebutuhan perut anda. Kebanyakan dari mereka menyediakan makanan khas Ach dengan citarasa lezat dan nikmat. Bahan utama yang digunakan pastinya jarang ditemui ditempat anda saat ini. Inilah yang juga sering dilakukan pengunjung ketika berwisata ke situs bersejarah di Aceh Selatan. Jangan khawatir soal harga, kebanyakan warung di sana masih terjangkau untuk sekelas objek wisata. Jika anda tidak yakin, silahkan tanyakan terlebih dahulu mengenai harga yang ditawarkan. Fasilitas yang Tersedia di Kawasan Wisata Image Credit Google Maps Ferdinan TE. Munthe Mengunjungi Tapak Tuan Tapa tidak ada ruginya, banyak tersedia fasilitas untuk menunjang kebutuhan pengunjung. Jika anda perlu membersihkan diri, ada toilet yang bisa digunakan dengan tarif yang ditentukan. Anda juga tidak perlu khawatir masalah ibadah, karena ada masjid di sekitar lokasi. Fasilitas lain yang wajib ada untuk sebuah objek wisata juga tersedia di sini, yaitu lahan parkir cukup luas dan aman. Tidak ketinggalan beberapa rumah makan yang telah disebutkan diatas, anda bebas menggunakan fasilitas tersebut asalkan membayar sesuai dengan harga makanan yang ditawarkan. Untuk penginapan juga ada, namun letaknya lumayan jauh dari lokasi, sehingga diperlukan perjalanan lagi ketika anda belum puas berkunjung. Keamanan dari Tapak Tuan Tapa yang ada di Aceh ini sebenarnya selalu menjadi perhatian utama pihak pengelola. Hal ini terbukti dari akses jalan yang dipagar untuk kepentingan pengunjung agar tidak terjatuh. Supaya lebih aman, pastikan anda menghormati peraturan yang berlaku sesuai adat dan kepercayaan warga setempat. Peraturan yang dimaksud adalah tidak boleh terlalu bangga diri, sombong, terlalu senang, berkata kotor, dan juga berbuat asusila.
Wisataalam Tapak Tuan begitu melegenda dan dianggap mistis oleh masyarakat setempat. Tapak Tuan berasal dari dua suku kata 'Tapak' dan 'Tuan'. Penamaan itu tidak
Legenda Tapaktuan merupakan salah satu cerita legenda masyarakat Tapak Tuan di Aceh Selatan. Cerita ini mengisahkan asal usul sejumlah nama di kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan dan asal usul nama Tapaktuan yang dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan yang hingga sekarang masih dapat kita saksikan seperti kuburan dan Jejak kaki Tuan Tapa, batu merah dan batu itam. Di dalam cerita itu dikisahkan perjalanan hidup Tuan Tapa, seorang pertapa yang sangat taat kepada Allah. Karena ketaatannya, Tuan Tapa dapat mengetahui hal-hal gaib yang tidak diketahui manusia biasa. Kisah ini menceritakan tentang perebutan sepasang Naga Jantan dan Betina dengan orang tua sang putri. Legenda klasik ini terus merakyat di Tapaktuan. Secara turun temurun, legenda itu terus berkembang. Bahkan remaja yang hidup di zaman modern ini, di Tapaktuan juga mengetahui cerita ini. Dalam beberapa waktu yang lalu, Pengurus pernah melakukan pemostingan tentang Kisah Ini, Sobat dapat melihat kembali disini Legenda Muasal Kota Naga Tapaktuan, Namun, karena isi artikel tsb kurang otentik dengan sebagaimana legenda yang telah di kisahkan. Saya berniat melakukan pengeposan ulang dengan sedikit melengkapi dari berbagai referensi dari buku dan artikel yang saya dapatkan dalam pertualangan saya di internet mengenai legenda ini. Komentar-komentar sobat ACW di facebook saya tayangkan kembali di bawah dalam Artikel “Legenda Muasal Kota Tapaktuan” agar sobat dapat mengkritisi Artikel ini bila ada kesalahan penulis dalam menulis artikel ini. Sebenarnya, Legenda ini memiliki alur cerita yang sama. Namun, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda-beda. Yang pasti dalam semua cerita yang disampaikan tokoh adat atau masyarakat biasa tentang legenda ini tak terlepas tiga hal, yaitu ada Dua ekor Naga, Tuan Tapa. Putri Bungsu. Dan Lalu, adanya pertempuran itu. Semoga pesan moral dari legenda ini, bermanfaat bagi sobat pembaca. ****** Alkisah, seperti hari-hari sebelumnya, kedua naga itu kembali berenang ke laut mencari makan, sekarang mereka pergi ke barat. Mereka meluncur menyusuri kawasan pinggir pantai menuju ke daerah barat. Mereka membelah ombak lautan yang bergulung-gulung. Setelah kedua naga berenang beberapa saat, mereka melihat sekelompok udang besar yang sedang berenang menuju ke muara sungai. Kedua naga itu berenang semakin cepat. Setelah dekat dengan kelompok udang, dihirupnya air laut kuat-kuat sehingga seluruh udang masuk ke dalam perut mereka. Hingga sekarang, tempat itu disebut Desa Air Berudang dan termasuk salah satu desa di Kecamatan tapaktuan. Suatu ketika sepasang naga sedang berjalan-jalan menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu mendekat ke arah sang naga. Gelombang laut yang membawanya mendekat. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam itu. Dari tengah lautan, mereka mendengar suara tangis bayi. Suara tangis itu semakin lama semakin keras dan jelas. Sepasang Naga itu pun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah lautan. Sang Naga terjun alang kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, diombang-ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan air. Pasangan Naga ini sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Konon naga itu memang sudah lama mengidam-idamkan seorang putri. Kedua Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Demikianlah, waktu terus berganti. Dari hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Putri kecil tersebut diberi nama Putri Bungsu. Mereka sangat mengasihi putri ini. Bahkan Naga Jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah-buahan dan minuman tersedia disana. Semua itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka. Putri inilah yang kemudian disebut sebagai Putri Naga. Pada suatu hari, kedua naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan-jalan menikmati pemandangan daerah Teluk yang indah mempesona. Sang Putri dinaikkan ke punggung Naga Jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai Teluk. Naga Betina berenang mengiringi dari belakang. Sang Naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga dan tenggelam. Diam-diam sang Putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai Teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang Putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga itu. Waktu terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga disebuah gua yang dalam. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang Naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orang tua yang juga berasal dari bangsa manusia. Niat untuk melarikan diripun muncul dalam benaknya. Putri Bungsu tidak gegabah. Dia bersabar untuk menemukan waktu yang tepat melarikan diri dari gunung itu. Dia takut akan kesaktian kedua naga tersebut. Waktu yang dinantikanpun tiba. Dari atas gunung, Putri Bungsu melihat sebuah kapal berlayar dibawah kaki gunung itu. Gunung ini memang tepat berada di depan laut. Naga Jantan kala itu sedang tertidur dipinggir laut. Perlahan dia mengangkat kaki, sedikit menjinjing agar langkahnya tidak didengar Naga Jantan. Perahu layar semakin dekat. Dia bimbang. Teringat akan kesaktian naga tersebut. Jarak Naga Jantan beristirahat dengan laut sangat dekat. Khawatir ketahuan, diapun mengurungkan niat untuk kabur dari gunung itu. Siang-malam Putri nan cantik jelita itu mencari akal. Ide cemerlang pun muncul dikepalanya. Satu dia mengajak pasangan Naga berjalan-jalan menyusuri pantai di pulau itu. Naga kelelahan dan tertidur pulas. Putri Bungsu tak menyianyiakan kesempatan emas itu. Kakinya diseret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut. Agar dia bisa melihat perahu yang melintas. Jarang sekali perahu yang mahu mendekat ke pulau itu. Namun hari itu keberuntungan Putri Naga. Sebuah perahu kecil merapat. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang menyapanya. Perahu itulah yang membawa putri bungsu pergi, Putri bungsu naik ke atas kapal dan ikut bersama awak kapal itu. Naga yang baru terbangun dari tidur, terkejut setengah mati. Putri kesanyangannya telah pergi. Dalam benaknya, Naga berujar, pasti perahu itu yang melarikan putriku. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan itu. Sepasang Naga itu mengejar perahu tersebut. Sementara itu, di Gua Kalam, tidak jauh dari bukit itu, seorang manusia sedang bertapa. Dia tersentak dari pertapaanya. Seakan dia sadar akan ada bencana besar dibumi. Inilah Tuan Tapa. Dia keluar dari gua tersebut. Lalu menatap ke laut lepas. Terlihat sepasang Naga dengan kemarahan puncak sedang mengejar sebuah perahu nelayan. Tuan Tapa terkenal dengan tongkat saktinya. Hal itu menyebabkan terjadinya pertarungan sengit antara kedua naga dengan Tuan Tapa. Mereka bertarung untuk memperebutkan bayi yang kini telah menjadi seorang putri yang cantik yang diberi nama Putri Bungsu. Ketika Naga Jantan melancarkan serangan berikutnya, Tuan Tapa menyambut dengan libasan tongkatnya. Tubuh naga pun terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai. Darah dari tubuh naga jantan yang hancur itu tumpah kemana-mana dan memerahkan tanah, bebatuan dan lautan. Naga Betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat dipatahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat dan topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut, dan hingga sekarang tongkat dan topi itu masih ada dan telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Sementara Naga Betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Malah hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negeri Cina. Dalam pelariannya itulah Naga Betina membelah sebuah pulau di kawasan Bakongan hinga menjadi dua bagian, dan hingga sekarang pulau itu bernama Pulau Dua. Bahkan hewan itu mengamuk sambil memporak porandakan sebuah pulau. Pulau itu terpecah-pecah hingga 99 buah. Itulah hingga kini disebut Pulau banyak yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil. Akhirnya Tuan Tapa berhasil mengalahkan kedua naga tersebut. Sang Putri pun dapat kembali bersama orang tuanya, tetapi keluarga itu tidak kembali ke Kerajaan Asralanoka. Mereka memilih menetap di Aceh. Keberadaan mereka di Tanah Aceh diyakini sebagai cikal bakal masyarakat Tapaktuan. Setelah kejadian itu, Tuan Tapa sakit. Seminggu kemudian Tuan Tapa meninggal dunia pada Bulan Ramadhan Tahun 4 Hijriyah . Jasadnya dikuburkan di dekat Gunung Lampu, tepatnya di depan Mesjid Tuo Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan, dan hingga sekarang makam manusia keramat itu masih bisa kita saksikan hingga saat ini. Hingga sekarang bekas tubuh naga yang berupa gumpalan darah itu masih dapat kita lihat di pantai berupa tanah dan batu yang memerah. Kini disebut dengan Tanah Merah. Batu Merah, sekitar tiga kilometer dari kota Tapaktuan. Kini gumpalan darah dan hati tersebut telah mengeras menjadi batu. Sedangkan hati sang Naga, yang pecah dan terlempar menjadi beberapa bagian akibat pukulan tongkat sakti Tuan Tapa, peninggalannya hingga sekarang masih terlihat berupa batu-batu berwarna hitam berbentuk hati. Daerah ini kemudian diberi nama Desa Batu Hitam, masih dikecamatan yang sama. Pada waktu Tuan Tapa hendak membunuh sang naga, terjadi kejar-kejaran antara Tuanku Tapa dan sang naga. Maka pada suatu ketika, berbekaslah tapak kaki Tuan Tapa ini. Sekarang yang masih terlihat hanya sepasang telapak kaki sangat berjauhan, di batasi oleh gunung tempat naga tinggal sebelumnya. Jejak tapak kaki tersebut, seperti jejak seseorang yang melangkahi gunung, karena tak dapat ditemukan jejak yang sama di antara kedua jejak tersebut. Ukuran jejak kaki tersebut adalah 3 x 1,5 meter. Jejak kaki yang sebelah kanan, berada di pinggir laut diatas sebuah batu. Sedangkan jejak kaki sebelah kiri berada di dalam kota di atas tanah. Antara jejak satu dan yang satunya lagi lebih kurang berjarak 500 meter. Diberilah nama daerah yang terdapat jejak “Tapak Tuan Tapa” itu dengan nama kota “Tapak Tuan”, atau juga sering disebut “Kota Naga Tapak Tuan”. Di tempat pertempuran Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Tongkat mirip baru itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan Tapa. Lalu, bagaimana nasib sang Putri? Beberapa tokoh masyarakat di daerah itu menceritakan, dalam legenda tersebut dikisahkan sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Putri Bungsu kemudian mendapat julukan sebagai ‘Putri Naga’. Karena kisah ini pula, orang menyebutkan Aceh Selatan sebagai Kota Naga. Bahkan, jika memasuki kota Tapaktuan pemerintah Daerah Aceh Selatan mengukir gambar naga tepat di dinding pinggir jalan. Sekitar seratus meter dari arah timur kantor Bupati Aceh Selatan. Demikianlah kisah Cerita Legenda Tapaktuan ini saya sampaikan apa adanya, dan mari kita ingat bahwa segala sesuatu yang sifatnya legenda adalah dongeng belaka tapi bila kita baca semua alur cerita legenda ini dalam Buku Legenda Tapaktuan yang ditulis oleh Darul Qutni Ch ini banyak mengandung pendidikan dan budi pekerti yang tidak menyimpang dari aqidah agama Islam yang mulia dan tercinta itu, serta tidak akan membuat pembaca menjadi syirik dan sesat. Jika kita pergi ke Tapak Tuan Aceh Selatan, tapi belum mengunjungi area tapak kaki tersebut, maka seolah-olah kita belum sampai ke Tapak Tuan. Dan di dukung dengan panorama alam yang sangat luar biasa, Tahukan anda, bahwa Tapak Tuan merupakan salah satu Kota terindah di Sumatera. Jadi, bagi yang penasaran, Silakan langkahkan kaki anda ke sana …!! * Pemandangan Panorama Alam Si Kota Naga Tapak Tuan * Surfing Tapak Tuan Garis pantai Tapaktuan The Beach of TapakTuan Tapaktuan, Most beautiful Place of Sumatera Best Ever place in Tapak Tuan Kampung Batu Hitam Tapak Tuan with Sunset The Dragon City Makam Tuan Tapa TapakTuan of the Village Dari berbagai Sumber Lisan dan Tulisan
Programdigitalisasi sastra dan bahasa Jawa, khususnya naskah dan buku langka, yang dikembangkan sebagai salah satu sumber data primer yang terpercaya. Bausastra Indonesia-Jawi, Purwadarminta, c. 1939, #1979 (Bagian SY-Z)
Legenda Tapaktuan merupakan salah satu cerita legenda masyarakat Tapak Tuan di Aceh Selatan. Cerita ini mengisahkan asal usul sejumlah nama di kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan dan asal usul nama Tapaktuan yang dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan yang hingga sekarang masih dapat kita saksikan seperti kuburan dan Jejak kaki Tuan Tapa, batu merah dan batu dalam cerita itu dikisahkan perjalanan hidup Tuan Tapa, seorang pertapa yang sangat taat kepada Allah. Karena ketaatannya, Tuan Tapa dapat mengetahui hal-hal gaib yang tidak diketahui manusia ini menceritakan tentang perebutan sepasang Naga Jantan dan Betina dengan orang tua sang putri. Legenda klasik ini terus merakyat di Tapaktuan. Secara turun temurun, legenda itu terus berkembang. Bahkan remaja yang hidup di zaman modern ini, di Tapaktuan juga mengetahui cerita beberapa waktu yang lalu, Pengurus pernah melakukan pemostingan tentang Kisah Ini, Sobat dapat melihat kembali disini Legenda Muasal Kota Naga Tapaktuan, Namun, karena isi artikel tsb kurang otentik dengan sebagaimana legenda yang telah di kisahkan. Saya berniat melakukan pengeposan ulang dengan sedikit melengkapi dari berbagai referensi dari buku dan artikel yang saya dapatkan dalam pertualangan saya di internet mengenai legenda ini. Komentar-komentar sobat ACW di facebook saya tayangkan kembali di bawah dalam Artikel “Legenda Muasal Kota Tapaktuan” agar sobat dapat mengkritisi Artikel ini bila ada kesalahan penulis dalam menulis artikel Legenda ini memiliki alur cerita yang sama. Namun, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda-beda. Yang pasti dalam semua cerita yang disampaikan tokoh adat atau masyarakat biasa tentang legenda ini tak terlepas tiga hal, yaitu ada Dua ekor Naga, Tuan Tapa. Putri Bungsu. Dan Lalu, adanya pertempuran itu. Semoga pesan moral dari legenda ini, bermanfaat bagi sobat pembaca.******Alkisah, seperti hari-hari sebelumnya, kedua naga itu kembali berenang ke laut mencari makan, sekarang mereka pergi ke barat. Mereka meluncur menyusuri kawasan pinggir pantai menuju ke daerah barat. Mereka membelah ombak lautan yang kedua naga berenang beberapa saat, mereka melihat sekelompok udang besar yang sedang berenang menuju ke muara naga itu berenang semakin cepat. Setelah dekat dengan kelompok udang, dihirupnya air laut kuat-kuat sehingga seluruh udang masuk ke dalam perut mereka. Hingga sekarang, tempat itu disebut Desa Air Berudang dan termasuk salah satu desa di Kecamatan ketika sepasang naga sedang berjalan-jalan menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu mendekat ke arah sang naga. Gelombang laut yang membawanya mendekat. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam tengah lautan, mereka mendengar suara tangis bayi. Suara tangis itu semakin lama semakin keras dan jelas. Sepasang Naga itu pun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah Naga terjun alang kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, diombang-ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan Naga ini sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Konon naga itu memang sudah lama mengidam-idamkan seorang putri. Kedua Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil dalam cengkeramnya agar tidak waktu terus berganti. Dari hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Putri kecil tersebut diberi nama Putri Bungsu. Mereka sangat mengasihi putri Naga Jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah-buahan dan minuman tersedia disana. Semua itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka. Putri inilah yang kemudian disebut sebagai Putri suatu hari, kedua naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan-jalan menikmati pemandangan daerah Teluk yang indah Putri dinaikkan ke punggung Naga Jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai Teluk. Naga Betina berenang mengiringi dari belakang. Sang Naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga dan sang Putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai Teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang Putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga disebuah gua yang dalam. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang Naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orang tua yang juga berasal dari bangsa untuk melarikan diripun muncul dalam benaknya. Putri Bungsu tidak gegabah. Dia bersabar untuk menemukan waktu yang tepat melarikan diri dari gunung itu. Dia takut akan kesaktian kedua naga yang dinantikanpun tiba. Dari atas gunung, Putri Bungsu melihat sebuah kapal berlayar dibawah kaki gunung itu. Gunung ini memang tepat berada di depan laut. Naga Jantan kala itu sedang tertidur dipinggir laut. Perlahan dia mengangkat kaki, sedikit menjinjing agar langkahnya tidak didengar Naga layar semakin dekat. Dia bimbang. Teringat akan kesaktian naga tersebut. Jarak Naga Jantan beristirahat dengan laut sangat dekat. Khawatir ketahuan, diapun mengurungkan niat untuk kabur dari gunung Putri nan cantik jelita itu mencari akal. Ide cemerlang pun muncul dikepalanya. Satu dia mengajak pasangan Naga berjalan-jalan menyusuri pantai di pulau itu. Naga kelelahan dan tertidur pulas. Putri Bungsu tak menyianyiakan kesempatan emas itu. Kakinya diseret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut. Agar dia bisa melihat perahu yang sekali perahu yang mahu mendekat ke pulau itu. Namun hari itu keberuntungan Putri Naga. Sebuah perahu kecil merapat. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang itulah yang membawa putri bungsu pergi, Putri bungsu naik ke atas kapal dan ikut bersama awak kapal itu. Naga yang baru terbangun dari tidur, terkejut setengah mati. Putri kesanyangannya telah pergi. Dalam benaknya, Naga berujar, pasti perahu itu yang melarikan putriku. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan Naga itu mengejar perahu tersebut. Sementara itu, di Gua Kalam, tidak jauh dari bukit itu, seorang manusia sedang bertapa. Dia tersentak dari pertapaanya. Seakan dia sadar akan ada bencana besar dibumi. Inilah Tuan keluar dari gua tersebut. Lalu menatap ke laut lepas. Terlihat sepasang Naga dengan kemarahan puncak sedang mengejar sebuah perahu nelayan. Tuan Tapa terkenal dengan tongkat itu menyebabkan terjadinya pertarungan sengit antara kedua naga dengan Tuan Tapa. Mereka bertarung untuk memperebutkan bayi yang kini telah menjadi seorang putri yang cantik yang diberi nama Putri Naga Jantan melancarkan serangan berikutnya, Tuan Tapa menyambut dengan libasan tongkatnya. Tubuh naga pun terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai. Darah dari tubuh naga jantan yang hancur itu tumpah kemana-mana dan memerahkan tanah, bebatuan dan Betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat dipatahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat dan topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut, dan hingga sekarang tongkat dan topi itu masih ada dan telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Sementara Naga Betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Malah hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negeri pelariannya itulah Naga Betina membelah sebuah pulau di kawasan Bakongan hinga menjadi dua bagian, dan hingga sekarang pulau itu bernama Pulau Dua. Bahkan hewan itu mengamuk sambil memporak porandakan sebuah pulau. Pulau itu terpecah-pecah hingga 99 buah. Itulah hingga kini disebut Pulau banyak yang terdapat di Kabupaten Aceh Tuan Tapa berhasil mengalahkan kedua naga tersebut. Sang Putri pun dapat kembali bersama orang tuanya, tetapi keluarga itu tidak kembali ke Kerajaan Asralanoka. Mereka memilih menetap di Aceh. Keberadaan mereka di Tanah Aceh diyakini sebagai cikal bakal masyarakat kejadian itu, Tuan Tapa sakit. Seminggu kemudian Tuan Tapa meninggal dunia pada Bulan Ramadhan Tahun 4 Hijriyah . Jasadnya dikuburkan di dekat Gunung Lampu, tepatnya di depan Mesjid Tuo Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan, dan hingga sekarang makam manusia keramat itu masih bisa kita saksikan hingga saat sekarang bekas tubuh naga yang berupa gumpalan darah itu masih dapat kita lihat di pantai berupa tanah dan batu yang memerah. Kini disebut dengan Tanah Merah. Batu Merah, sekitar tiga kilometer dari kota Tapaktuan. Kini gumpalan darah dan hati tersebut telah mengeras menjadi hati sang Naga, yang pecah dan terlempar menjadi beberapa bagian akibat pukulan tongkat sakti Tuan Tapa, peninggalannya hingga sekarang masih terlihat berupa batu-batu berwarna hitam berbentuk hati. Daerah ini kemudian diberi nama Desa Batu Hitam, masih dikecamatan yang waktu Tuan Tapa hendak membunuh sang naga, terjadi kejar-kejaran antara Tuanku Tapa dan sang naga. Maka pada suatu ketika, berbekaslah tapak kaki Tuan Tapa ini. Sekarang yang masih terlihat hanya sepasang telapak kaki sangat berjauhan, di batasi oleh gunung tempat naga tinggal sebelumnya. Jejak tapak kaki tersebut, seperti jejak seseorang yang melangkahi gunung, karena tak dapat ditemukan jejak yang sama di antara kedua jejak jejak kaki tersebut adalah 3 x 1,5 meter. Jejak kaki yang sebelah kanan, berada di pinggir laut diatas sebuah batu. Sedangkan jejak kaki sebelah kiri berada di dalam kota di atas tanah. Antara jejak satu dan yang satunya lagi lebih kurang berjarak 500 meter. Diberilah nama daerah yang terdapat jejak “Tapak Tuan Tapa” itu dengan nama kota “Tapak Tuan”, atau juga sering disebut “Kota Naga Tapak Tuan”.Di tempat pertempuran Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Tongkat mirip baru itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan Tapa. Lalu, bagaimana nasib sang Putri? Beberapa tokoh masyarakat di daerah itu menceritakan, dalam legenda tersebut dikisahkan sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Putri Bungsu kemudian mendapat julukan sebagai Putri Naga’.Karena kisah ini pula, orang menyebutkan Aceh Selatan sebagai Kota Naga. Bahkan, jika memasuki kota Tapaktuan pemerintah Daerah Aceh Selatan mengukir gambar naga tepat di dinding pinggir jalan. Sekitar seratus meter dari arah timur kantor Bupati Aceh kisah Cerita Legenda Tapaktuan ini saya sampaikan apa adanya, dan mari kita ingat bahwa segala sesuatu yang sifatnya legenda adalah dongeng belaka tapi bila kita baca semua alur cerita legenda ini dalam Buku Legenda Tapaktuan yang ditulis oleh Darul Qutni Ch ini banyak mengandung pendidikan dan budi pekerti yang tidak menyimpang dari aqidah agama Islam yang mulia dan tercinta itu, serta tidak akan membuat pembaca menjadi syirik dan kita pergi ke Tapak Tuan Aceh Selatan, tapi belum mengunjungi area tapak kaki tersebut, maka seolah-olah kita belum sampai ke Tapak Tuan. Dan di dukung dengan panorama alam yang sangat luar biasa, Tahukan anda, bahwa Tapak Tuan merupakan salah satu Kota terindah di Sumatera. Jadi, bagi yang penasaran, Silakan langkahkan kaki anda ke sana …!!* Pemandangan Panorama Alam Si Kota Naga Tapak Tuan *Surfing Tapak TuanGaris pantai TapaktuanThe Beach of TapakTuanTapaktuan, Most beautiful Place of SumateraBest Ever place in Tapak TuanKampung Batu HitamTapak Tuan with SunsetThe Dragon CityMakam Tuan TapaTapakTuan of the VillageDari berbagai Sumber Lisan dan Tulisan
MENULISSCRIPT KOMIK DENGAN MUDAH. Hi kaskuser semua, menyambung 3 tutorial terdahulu mengenai Pencarian Ide, Premis, Log Line, Desain Karakter, dan Penulisan Sinopsis, maka tutorial kali ini adalah step berikutnya, yaitu Penulisan Script. Format penulisan script komik sebenarnya mirip dengan skenario filem, tetapi karena komik terdiri dari
Cerita rakyat Aceh legenda tempat wisata Tapak Tuan dengan kopiah dan tongkat Tuan Tapa di Aceh sangat terkenal dengan sebuah Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga. Cerita tersebut sangat hidup didalam masyarakat disana yang sangat mudah untuk dapat kita dengar dari A sampai Z. Adapun Legenda tersebut dibarengi dengan ornamen ornamen yang memiliki bentuk dan rupa seperti yang tersebut di dalam cerita tersebut. Ada baiknya saya ceritakan sedikit tentang Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga itu.” Alkisah, dizaman dahulu kala, ribuan tahun lalu, di Aceh Selatan hidup dua ekor naga yang sangat perkasa dan memiliki ilmu sakti mandraguna. Sepasang naga ini, memiliki anak yang bernama Putri Naga. Putri ini cantik jelita. Putri nan rupawan ini, katanya didapat dari perebutan sepasang Naga Jantan dan Betina dengan orangtua sang ceritanya, suatu ketika – tidak ada masyarakat yang mengetahui tahun pasti, sepasang naga tengah berjalan-jalan menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu mendekat ke arah sang naga. Gelombang laut yang membawanya mendekat. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam itu. Ketika titik hitam itu semakin mendekat, Sang Naga terjun alang kepalang. Titik hitam itu adalah tiga sosok manusia, berada lam perahu kecil yang diombang-ambingkan gelombang laut Aceh Selatan. Ketiga manusia itu adalah sepasang suami-istri bersama bayinya. Bayi mungil ini berada dalam pangkuan ibunya. Mereka sengaja datang ke daerah itu bermaksud mencari rempah-rempah yang keberadaannya sudah cukup dikenal. Aceh Selatan sejak zaman Belanda menjajah daerah itu memang dikenal kaya akan hasil alam. Nilam, Cengkeh dan Pala merupakan tumbuhan yang dominan disana. Bahkan tumbuhan itu hingga kini menjadi komuditi unggulan daerah melihat ketiga anak manusia itu, Sepasang Naga sakti yang bisa melakukan terhentak. Lalu, dia meniup perahu yang sudah sangat dekat itu. Sekali tiup saja, perahu kecil itu terombang-ambing dan tenggelam ditelan ombak deras. Kemudian Naga Betina, menjulurkan lidahnya menangkap putri kecil yang terhempas dari perahu Naga ini sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Konon naga itu memang sudah lama mengidam-idamkan seorang putri. ”Setelah selamat dan menepi kedarat orangtua si Putri begitu sedih kehilangan buah hatinya dan tidak tahu ke mana putrinya menghilang. Mereka berpikir bahwa anak perempuan kesayangannya sudah hilang tenggelam dalam lautan dan badai atau hilang entah ke mana. Akhirnya sepasang naga membawa putri mungil hasil rampasan mereka ke sebuah pulau, pulau ini terletak di Batu Hitam, Kecamatan Tapaktuan Aceh Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Sang Putri kecil, setelah sadar dari pingsannya, menangis sejadi-jadinya begitu melihat sosok Naga aneh dan menyeramkan. Si Putri kecil Ia takut. Diapun terus menangis sekuat-kuatnya. Naga betina pusing memikirkan tangisan putri itu. Terpaksa dia menggunakan kesaktiannya untuk menenangkan si Putri agar tak mengeluarkan air mata ini diberi nama Putri Bungsu. Mereka sangat mengasihi putri ini. Bahkan Naga Jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah-buahan dan minuman tersedia disana. Semua itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka. ”Putri inilah yang kemudian disebut Putri Naga,”.Waktu terus bergulir. Putri Bungsu merangkak remaja. Dia menetap bersama naga disebuah gua yang dalam. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang Naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orang tua yang juga berasal dari bangsa manusia. Niat untuk melarikan diripun muncul dalam benaknya. Putri Bungsu tidak gegabah. Dia bersabar untuk menemukan waktu yang tepat melarikan diri dari gunung itu. Dia takut akan kesaktian kedua naga yang dinantikanpun tiba. Dari atas gunung, Putri Bungsu melihat sebuah kapal berlayar dibawah kaki gunung itu. Gunung ini memang tepat berada di depan laut. Naga Jantan kala itu sedang tertidur dipinggir laut. Perlahan dia mengangkat kaki, sedikit menjinjing agar langkahnya tidak didengar Naga layar semakin dekat. Dia bimbang. Teringat akan kesaktian naga tersebut. Jarak Naga Jantan beristirahat dengan laut sangat dekat. Khawatir ketahuan, diapun mengurungkan niat untuk kabur dari gunung Putri nan cantik jelita itu mencari akal. Ide cemerlangpun muncul dikepalanya. Satu dia mengajak pasangan Naga berjalan-jalan menyusuri pantai di pulau itu. Naga kelelahan dan tertidur pulas. Putri Bungsu tak menyianyiakan kesempatan emas itu. Kakinya diseret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut. Agar dia bisa melihat perahu yang melintas. Jarang sekali perahu yang mahu mendekat ke pulau itu. Namun hari itu keberuntungan Putri Naga. Sebuah perahu kecil merapat. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang bungsu naik ke atas kapal dan ikut bersama awak kapal itu. Naga yang baru terbangun dari tidur, terkejut setengah mati. Putri kesanyangannya telah pergi. Dalam benaknya, Naga berujar, pasti perahu itu yang melarikan putriku. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan apa hubungan Putri Bungsu, Naga dan Tuan Tapa? sabar…. saya akan lanjutkan ya.. Sepasang Naga itu mengejar perahu tersebut. Sementara itu, di Gua Kalam, tidak jauh dari bukit itu, seorang manusia sedang bertapa. Dia tersentak dari pertapaanya. Seakan dia sadar akan ada bencana besar dibumi. Inilah Tuan Tapa. Dia keluar dari gua tersebut. Lalu menatap ke laut lepas. Terlihat sepasang Naga dengan kemarahan puncak sedang mengejar sebuah perahu nelayan. Tuan Tapa terkenal dengan tongkat Naga yang sedang mengejar perahu. Perkelahian hebatpun tak dapat dihindarkan. Dari mulut kedua Naga menyemburkan api. Tuan Tapa menghela tongkatnya hingga mengeluarkan air deras dan memadamkan api Naga. Tak mau kalah, sang Naga jantan pun mengeluarkan ribuan anak panah berapi yang diarahkan ke Tuan Tapa. Tuan Tapa bisa menghindari serangan itu. Tak ketinggalan, Naga betina juga mengeluarkan pisau-pisau beracun yang juga berhasil dielakkan Tuan terus-menerus mengeluarkan kekuatannya, kesaktian kedua Naga mulai berkurang. Kesempatan itu dimanfaatkan Tuan Tapa untuk menyerang lebih dahsyat. Dengan tongkat sakti miliknya, Tuan Tapa mengayunkan benda panjang itu ke arah dua betina, mencoba menghindar dengan cara melarikan diri menjauhi Tuan Tapa. Saat lari kencang tak tahu arah itulah sang Naga betina menabrak sebuah pulau hingga terbelah pulau. Pulau terbelah ini kemudian oleh masyarakat Aceh Selatan disebut sebagai Pulau Dua, di Kecamatan Tapaktuan Aceh SelatanSementara Tuan Tapa mengejar sang Naga jantan yang sudah terluka akibat serangan tongkat sakti’. Tuan Tapa memukul tongkat saktinya bertubi-tubi ke tubuh Naga jantan hingga hancur berkeping-keping dan jatuh terjerembab ke tanah. Tubuh Naga jantan hancur berserakan dan darah berceceran yang menyebar memerahkan tanah, bebatuan dan ini bekas tempat ceceran darah Naga itu kini masih terlihat berupa tanah dan batu yang memerah. Kini disebut dengan Tanah Merah Batu Mirah . Sedangkan hati sang Naga, yang pecah dan terlempar menjadi beberapa bagian akibat pukulan tongkat sakti Tuan Tapa, peninggalannya hingga sekarang masih terlihat berupa batu-batu berwarna hitam berbentuk hati. Daerah ini kemudian diberi nama Desa Batu Hitam, masih dikecamatan yang di tempat pertempuran Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Tongkat mirip baru itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan nasib sang Putri? Sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Putri Bungsu kemudian mendapat julukan sebagai Putri Naga’.”Dan Lagenda ini telah diperkuat dengan subuah bukti yang telah ditinggalkan oleh Si Tuan Tapa berupa Tongkat dan Topinya yang berapa di tengah laut Tapaktuan dan hanya bisa di lihat dari sebuah gunung yang bernama Gunung Lampu menjelang senja hari saja. Kemudian sebuah Tapak kaki dan makam Tuan Tapa yang ukurannya wowww,,, that is so big,,, .Begitulah sedikit cerita tentang Legenda Kota Tapaktuan. Karena kisah ini pula, orang menyebutkan Aceh Selatan sebagai Kota Naga. Bahkan, jika memasuki kota Tapaktuan pemerintah Daerah Aceh Selatan mengukir gambar naga tepat di dinding pinggir jalan. Sekitar seratus meter dari arah timur kantor Bupati Aceh Selatan
Googlemesin mencarinya kekitaan adalah sumbernya Disini #MasBro #MbakBro bisa meminta dicariin informasi apapun hmm yang positif Silahkan ngobrol sama kita ya.. Seneng bisa berbagi. Pasti bermanfaat. Terimakasih 18:27 WIB pada hari Senin tanggal 08 Juni 2020 kbbi.co.id dibaca 18:27 WIB pada hari Senin tanggal 08 Juni 2020.
Alkisah, di zaman dahulu kala, di Aceh Selatan hidup sepasang naga. Sepasang naga ini, memiliki anak perempuan yang di sebut Putri Bungsu. Putri ini cantik jelita. Putri nan rupawan ini, menurut cerita, di dapat dari laut lepas di saat selesai badai dahsyat yang menenggelamkan sebuah kapal dari daratan China. Konon, pada saat itu, sepasang naga tersebut sedang menyusuri lautan yang bergelombang. Mereka mendengar suara tangis bayi. Si Naga jantan tiba - tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat - lamat, titik hitam itu kian mendekat ke arah sang naga di sebabkan oleh arus gelombang laut. Pasangan naga terus memperhatikan titik hitam itu. Suara tangis itu semakin lama semakin keras & jelas. Sepasang naga itupun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah lautan. Ketika titik hitam itu semakin mendekat, sang naga melihat adanya kayu pecahan dari sebuah kapal & di antara kayu tersebut terdapat seorang bayi mungil tersangkut di atas kayu yang mengapung. Sang Naga terkejut bukan kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, di ombang - ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan mungil ini terapung di permainkan ombak hingga akhirnya sepasang naga itu menolong & mengasuhnya di sarang mereka. Karena sepasang naga tersebut tidak mempunyai keturunan, lalu bayi mungil itu mereka jadikan sebagai anak pungut & di beri nama Putri Bungsu / lebih di kenal dengan nama Putri naga itu sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Dengan suka cita, sepasang naga tersebut mengasuh & merawat si putri. Sementara itu, setelah selamat & menepi ke darat, orangtua kandung si putri begitu sedih kehilangan buah hatinya setelah perahu mereka kandas di hempas badai dahsyat. Mereka berpikir bahwa anak perempuan kesayangan mereka sudah hilang tenggelam dalam laut, sehingga dengan perasaan pilu merekapun kembali ke negeri asal dengan menumpang kapal dagang - 2 naga itu sangat menyayangi putri pungut mereka. Bahkan, naga betina selalu memeluk putri kecil itu dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Layaknya anak - anak, Putri Bungsu setelah sadar dari pingsannya, ketakutan & menangis sejadi - jadinya begitu melihat sosok naga yang menyeramkan. Walaupun sedih, sepasang naga tersebut berupaya agar Putri Bungsu tidak merasa sangat memanjakan sang putri. Saking sayangnya pada Putri Bungsu, naga jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah & minuman tersedia di sana. Mulai dari tempat pemandian si putri hingga tempat – tempat lainnya di penuhi agar Putri Bungsu suka & tidak pergi dari mereka. Semua itu di lakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Pada suatu hari, ke - 2 naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan - jalan menikmati pemandangan daerah teluk yang indah putri di naikkan ke punggung naga jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai teluk. Naga betina berenang mengiringi dari belakang. Sang naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga & - diam sang putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga di sebuah gua yang dalam. Ke - 2 ekor naga tersebut sangat memuji akan kecantikan Putri Bungsu. Ke - 2 pipinya berlesung pipit. Rambutnya panjang hitam legam & sedikit ikal. Kulitnya kuning langsat, mulus & licin tanpa tandingan. Matanya sedikit sipit serta pembawaannya yang anggun membuat sepasang naga makin sayang kepada Putri Bungsu. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orangtua yang juga berasal dari bangsa pada suatu hari, Putri Bungsu bertekad untuk segera meninggalkan kediaman orangtua asuhnya tersebut. Niat untuk melarikan diri ini pun di rancang dengan matang sehingga ke - 2 naga yang cerdas itu tidak mengetahui. Hari demi hari terus berlalu, Putri Bungsu yang jelita semakin patuh pada aturan sang naga. Hal ini membuat sepasang naga yakin & percaya bahwa si putri tidak akan meninggalkan mereka. Oleh karena itu, sering terlihat sepasang naga pergi mengarungi lautan & meninggalkan Putri Bungsu sendiri di gua kediaman mereka. Gunung ini memang tepat berada di depan Bungsu bukanlah gadis yang bodoh. Walaupun sering di tinggalkan sendiri sehingga peluang untuk pergi terbuka, tapi demi menjaga kepercayaan sang naga kepadanya, dia membiarkan keadaan tersebut berlangsung. Bahkan, pada suatu hari ada terlihat sebuah kapal yang melaju agak dekat dengan kediamannya. Dalam hatinya merasa sangat gembira manakala terlihat olehnya manusia yang berpakaian rapi berdiri di anjungan kapal. Saat itu dengan berani, Putri Bungsu mulai sering menampakkan diri di pinggir gua agar kehadirannya di situ menjadi perhatian setiap kapal yang lewat. Kakinya di seret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut agar dia bisa melihat perahu yang pada suatu ketika, sepasang naga berpamitan untuk pergi agak lama sehingga harus meninggalkan sang putri sendirian di gua. Putri Bungsu sangat girang karena dalam kurun waktu tersebut, rencana untuk melarikan diri akan terlaksana. Begitulah, setelah puluhan kilometer naga berlalu, ada sebuah kapal berlayar & kebetulan sudah menyaksikan keelokan sang putri. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang menyapanya. Nakhkoda kapal pun segera bersandar di dekat pulau itu kemudian membawa Putri Bungsu berlayar. Biasanya, setiap kapal tidak berani dekat - dekat dengan pulau tersebut karena sering bertiup angin kencang & sering membuat awak kapal sangat kerepotan menjaga kapal agar tidak tenggelam. Hal ini di sebabkan oleh ulah ke - 2 naga itu yang tidak ingin tempat mereka di dekati. Namun hari itu hari keberuntungan Putri sang putri berlayar, di tempat lainnya, naga betina merasa hatinya tidak nyaman sehingga memutuskan untuk kembali ke kediaman mereka. Namun betapa bingungnya ke - 2 naga itu karena keberadaan putri bungsu tidak terlihat. Seluruh sudut pulau itu mereka susuri namun Putri Bungsu sudah hilang. Naga betina sangat sedih sementara itu naga jantan di putuskan untuk mencari Putri Bungsu di lautan lepas. Sasaran mereka adalah kapal yang lewat. Kebetulan di lautan terlihat sebuah titik hitam yang melaju dekat dengan sebuah pulau besar. Dalam benaknya, naga berujar, ' Pasti perahu itu yang melarikan putriku '. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan mengintai, mereka melihat Putri Bungsu berada di sana. Ke - 2 naga sangat marah, mengira putri mereka di culik manusia sehingga kapal & seluruh penumpang menjadi terancam. Dengan ketakutan, seluruh penumpang kapal berteriak. Angin membawa teriakan mereka pada sebuah gua yang bernama Gua Kalam. Di dalamnya terdapat seorang tua yang sedang bertapa. Orangtua ini di sebut dengan Tuan Tapa. Ia bertubuh besar & tinggi kurang lebih 7m. Tuan tapa yang mendengar jeritan & teriakan ketakutan merasa tidak tentram. Seakan dia sadar akan ada bencana besar di bumi. Lalu, Tuan Tapa mengambil tongkatnya & keluar dari gua. Dengan kesaktiannya, Tuan Tapa melihat dengan jelas di tengah lautan terjadi perkelahian antara sepasang naga dengan penumpang di daerah Tapaktuan hanya sebatas pinggangnya. Setelah itu dengan pesat, Tuan Tapa menengahi perkelahian yang tidak seimbang itu. Namun sepasang naga yang sudah kalap berbalik menyerang Tuan Tapa. Karena terjadi gelombang besar akibat gerakan sepasang naga itu, kapal pun terlempar jauh. Perkelahian antara sepasang naga dengan Tuan Tapa berlangsung seru. Bertubi – tubi ke - 2 naga menyemburkan api dari mulutnya sementara ekor & cakar mereka tidak ketinggalan menyerang. Begitulah, berkat kesaktian dari Tuan Tapa, semua serangan sepasang naga berhasil di perkelahian itu, pulau besar yang berada di tengah laut pun hancur & terpisah menjadi 99 buah yang selanjutnya di sebut dengan Pulau pada suatu ketika, Tongkat Tuan Tapa berhasil mengenai tubuh naga jantan sehingga hancur terberai. Darahnya memancar keluar, sebagian besar terpencar ke bagian pesisir & membeku yang selanjutnya tempat di mana darah naga itu tumpah di sebut dengan Desa Batu Sirah / Batee Mirah. Sementara hati & jantungnya juga tercampak ke pesisir yang kemudian daerah ini di sebut dengan desa Batu Itam. Naga jantan mati dengan tubuh pasangannya mati, naga betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat di patahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat & topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut yang hingga sekarang tongkat serta topi itu masih ada & telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Naga betina ketakutan lalu melarikan diri. Sementara Naga betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Demi menghindar dari kematian, hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negri China & menabrak sebuah pulau lainnya sehingga pecah menjadi 2 pulau yang selanjutnya di sebut dengan Pulau bagaimana nasib sang putri? Sang putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia & hidup bahagia bersama ke - 2 orangtuanya di daratan China.
Dengantongkat sakti miliknya, Tuan Tapa mengayunkan benda panjang itu ke arah dua Naga. Naga betina, mencoba menghindar dengan cara melarikan diri menjauhi Tuan Tapa. Saat lari kencang tak tahu arah itulah sang Naga betina menabrak sebuah pulau hingga terbelah pulau. Pulau terbelah ini kemudian oleh masyarakat Aceh Selatan disebut sebagai
PikiranHarry terhubung dengan pikiran Voldemort kembali, dan ketiganya segera pergi ke Shrieking Shack. Mereka mendengar Voldemort memberitahu Severus Snape bahwa Tongkat Elder tidak dapat digunakannya dengan baik dikarenakan Snape telah menjadi tuan atas Tongkat itu setelah Snape membunuh pemilik Tongkat itu sebelumnya, Albus
Kitamemperingati dan merayakan peristiwa ini secara khusus dalam perayaan meriah sekaligus menjadikan moment ini menjadi moment tobat dan pembaruan. Pada puncaknya nanti, moment pembaruan iman pada perayaan ekaristi lima abad Tuan akan dilangsungkan penyerahan ulang tongkat kerajaan dan penyerahan kembali Keuskupan
7g2Z. 9diyxqgimf.pages.dev/99diyxqgimf.pages.dev/2269diyxqgimf.pages.dev/619diyxqgimf.pages.dev/3569diyxqgimf.pages.dev/929diyxqgimf.pages.dev/2479diyxqgimf.pages.dev/4369diyxqgimf.pages.dev/138
tongkat dan topi tuan tapa